Para anak-anak RIAU beraksi
Para anggota BSC ( Black Style Comunnity )mereka dengan penuh semangat memperjuangkan , Comonnity RIAU yg sampai sekarang masih berlaku yaitu di Bagansiapiapi ( RIAU ) ....................
@ : Romi ( Bsc )
@ : Widi ( Bsc )
@ : Adeknofrianto ( Bsc )
@ : Ardi ( Bsc )
@ : Zulfaizal ( Bsc )
@ : Muswendi ( Bsc )
@ : Mawan ( Bsc )
@ : Tito ( Bsc )
Sekian Terima Kasih (( PEACE ))
Janji Pandu Hizbul Wathan & sebuah kenangan HW
Bismillahirrahmanirrahim
"Ashaduanla illahaillallah wa ashaduanna muhammadan 'abduhu wa rasuluhu"
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh.
Satu : Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah,Undang-undang dan tanah air.
Dua : Menolong siapa saja sedapat saya.
Tiga : Setia menepati Undang-undang Pandu Hizbul Wathan.
Begitulah bunyi janji yang diikrarkan oleh anggota pandu HW yang didirikan oleh Muhammadiyah jauh sebelum Indonesia Merdeka. Kalau kita cermati janji inilah yang menjadi rujukan isi Tri Satya Pramuka yang sekarang ini. Pilih mana yang sesuai nurani kita ???
Berikut adalah sekilas sebuah kenangan HW yang diambil dari arsip berita Kompas
SEWAKTU pembawa acara pembukaan Muktamar Ke-44 Muhammadiyah mengumumkan dimulainya acara defile di Stadion Utama Senayan, Jakarta, Sabtu (8/7), Nurfan Soenarja (68) dengan bersemangat melangkah. Setangan leher berwarna hijau bergaris-garis putih melingkari leher, tongkat bercabang dua "menyangga" pinggang, dan langkahnya tegap ke depan.
Dengan berseragam baju kehijauan dan celana "tiga per empat" - karena hanya sampai sedikit di bawah lutut-Nurfan merasa kembali. Ia merasa hidup kembali, dan terbayang puluhan tahun lalu saat masih menjadi anggota Hizbul Wathan (HW), organisasi kepanduan di gerakan Muhammadiyah.
Akan tetapi, semangat saja kadang-kadang tak cukup. Seusai satu putaran berjalan, Nurfan cepat menepi, keluar dari barisan. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat membasahi seluruh mukanya. "Saya sudah tidak kuat lagi jalan jauh. Sudah tua," ungkap bapak sembilan anak itu, seperti minta dimaklumi.
Sekalipun demikian, dia tampak bangga bisa meramaikan muktamar. Sebab, inilah untuk pertama kalinya setelah hampir 39 tahun pandu HW meramaikan perhelatan di lingkungan Muhammadiyah. Sejak tahun 1961, HW bersama dengan kepanduan lain dilebur ke dalam Praja Muda Karana (Pramuka) oleh Presiden Soekarno.
~*~
NURFAN tidak sendirian meramaikan Muktamar Muhammadiyah. Hadir pula ratusan pandu HW wredha (tua) dari seluruh Indonesia. Paling muda, mereka berumur sekitar 50 tahun. Namun, tak sedikit yang telah berusia di atas 60 tahun, bahkan seperti Ibrahim Dairy dari Kudus (Jawa Tengah) kini sudah memasuki usia 75 tahun.
Dengan mengikuti Muktamar Muhammadiyah, papar Syamsuddin (54)-anggota HW dari Semarang (Jateng)-mereka tidak sekadar ingin bernostalgia. Tetapi, penampilan pandu sepuh (tua) itu juga merupakan bagian dari usaha untuk membangkitkan lagi kepanduan di lingkungan Muhammadiyah, maupun organisasi lain. Karena kepramukaan kini dipandang tidak lagi memadai sebagai bagian dari pembinaan generasi muda.
"Saat HW dan gerakan kepanduan lain dibubarkan tahun 1961, saya tidak mau masuk Pramuka. Saya lebih sreg di HW," papar Nurfan.
Syamsuddin pun merasa lebih enjoy bergabung dengan pandu HW dan bukan kepramukaan. Karena HW mengajarkan betul kesederhanaan seorang pandu.
Ia menyebutkan, Pandu HW mengajarkan bertahan hidup dengan alat yang terbatas dan praktis. Celana seragam Pandu HW memang dibuat tak panjang, tetapi pada ujungnya ada kancing yang dapat dibuka. Apabila kancing itu dibuka, celana "berubah" menjadi sarung untuk sholat. Topi terbuat dari anyaman bambu, yang dapat bermanfaat untuk mencuci beras. Sedangkan tongkat bercabang dua yang selalu dibawa, selain untuk menyangga tenda, juga bisa digunakan untuk gantungan penjerang air dan penanak nasi.
"Kami ingin mengembangkan kembali Pandu HW. Karena Pandu HW pun mengajarkan cinta pada Tanah Air. Apalagi, kami sekarang sudah tua-tua. Kalau Pandu HW tak diregenerasi, nanti tinggal sejarah," ujar Syamsuddin lagi.
~*~
MEMANG tidak terlalu banyak publikasi saat Pandu HW dilahirkan kembali dalam sebuah deklarasi di Stadion Kridosono, Yogyakarta, 18 Desember 1999. Padahal, ini tonggak sejarah kebangkitan kepanduan nonpemerintah yang bisa mengubah bentuk kepramukaan selama ini. Tak mustahil, Pramuka yang telah berdiri sejak 1961 itu dapat terdesak ke pinggir, tersisih serbuan kepanduan-kepanduan "swasta" yang akan bermunculan lebih banyak lagi.
Deklarasi kelahiran kembali Pandu HW kala itu dihadiri, antara lain mantan Ketua PP Muhammadiyah yang juga Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua MPR Letjen (TNI) Hari Sabarno, Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin, Letjen AM Hendripriyono, dan mantan Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen Muchdi PR. Mereka memang alumnus Pandu HW, yang beberapa tahun lamanya harus terkubur, karena pelumpuhan kemajemukan secara sistemis oleh Presiden Soekarno dengan Keppres No. 238/1961. Dengan Keppres ini, hanya Pramuka sajalah yang boleh hidup di Indonesia.
Deklarasi HW berikutnya memang sudah tak terbendung. Misalnya, di halaman Balai Kota Surabaya 25 Juni lalu, berkumpul 2.500 orang mulai usia belasan tahun sampai di atas 70-an tahun, mendeklarasikan HW Kwartil Wilayah (Kwarwil) Jatim. Muktamar Ke-44 Muhammadiyah pun seakan mempertegas kembali kebangkitan Pandu HW tersebut.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Syafi'i Maarif dalam pidato iftithah waktu membuka muktamar sempat menyinggung kelahiran kembali HW. "Gerakan kepanduan Muhammadiyah (HW) yang sejak 1961 diharuskan bergabung ke dalam Pramuka-yang ternyata tidak efektif bagi pembentukan watak seseorang-kini telah bangkit kembali. Kini bendera HW telah berkibar dan terus akan berkibar dalam usaha membentuk anak muda Indonesia yang berwatak tangguh dan berakhlak mulia," katanya, disambut applaus ribuan muktamirin.
Laporan pertanggungjawaban PP Muhammdiyah yang dibacakan Watik Pratiknya menyebut bangkitnya HW dengan Deklarasi Yogyakarta bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan untuk mengoreksi iklim kehidupan monolitik yang dibudayakan selama empat dasawarsa terakhir. "Dengan kebangkitan HW, Muhammadiyah juga mengajak organisasi kemasyarakatan yang lain untuk menghidupkan lagi kepanduan mereka-atau mendirikan kepanduan baru-sebagai wujud koreksi terhadap iklim kehidupan sosial yang monolitik tersebut," paparnya. (pep/mam/tra)
Sifat HW
HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah- bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia.
- bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina)
- bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
- tidak berorientasi pada partai politik , artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW hanyalah persyarikatan muhammadiyah .
SEJARAH BERDIRINYA KOTA PEKANBARU
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.
Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. PerkembanganSenapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.
Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :
SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.
Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.
Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.
Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.
UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.
UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.
UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.
UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. PerkembanganSenapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.
Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :
SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.
Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.
Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.
Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.
UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.
UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.
UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.
UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Tags: kota pekanbaru
Prev: SEJARAH BERDIRINYA PROVINSI RIAUNext: LOKASI OBJEK WISATA DI RIAU
~MUHAMMADIYAHNYA K.H. AHMAD DAHLAN~
PENDAHULUAN
Dari tujuh butir pikiran brilian KH.Ahmad Dahlan ,dapat diamati secara seksama aktifitas pengurus muhammadiyah dan angkatan muda muhammadiyahnya saat ini.Apakah masih bercahaya sesuai dengan agenda dasar alam pikiran KH. Ahmad Dahlan ?,ataukah justru pikiran dan gagasan ahmad dahlan sudah jauh dari akar dasarnya,ataukah sudah mati dan padam disebabkan oleh berbagai seruan kepentingan,yang menjadikan organisasi serta amal muhammadiyah sebagai batu loncatan untuk mencapai kepentingan dan kepuasan pribadi atau kelompok. Bahkan mungkin sebagian atau kebanyakan, muhammadiyah bagaikan lembaga persekutuan berhistoris, sementara gagasan dan pikiran pendirinya hanya legenda atau dongeng belaka.
Akan sangat ironis manakala warga muhammadiyah mengabaikan sama sekali gagasan pikiran pendiri organisasinya ini. Seorang tokoh yang gagasannya telah menghasilkan salah satu organisasi terbesar di indonesia dan sekarang banyak kalangan menikmati walaupun dalam berbagai gaya plus bermacam – macam ragam kepentingan baik dalam amal usaha maupun dalam persyarikatan muhammadiyah. Gagasan pikiran cemerlang tersebut, jelas tidak layak untuk di abaikan. Gagasan dan pikiran semacam itu jelas mengandung banyak hal yang perlu di pelajari terutama bagi warga muhammadiyahmanakala tidak ada maksud untuk menyimpang dari gagasan dan tujuan berdirinya organisasi tersebut.
DASAR PEMIKIRAN PEMBERDAYAAN KH. AHMAD DAHLAN
Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seoranng bayi bernama Darwis di kampung Kauman sebelah barat alun- alun utara, Yogyakarta tetaplah tidak memiliki keistimewaan lain. Namun sejarah mencatat lain.Kampung Kauman menjadi sebuah nama besar sebagai kampumng kelahiran seorang pahlawan kemerdekaan nasional indonesia, KH.Ahmad Dahlan dan lahirnya persyarikatan muahammadiyah pada 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912.
Interaksinya dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia islam di Makkah, seperti: Ibnu taimiyah, muhammad abdul al- afghoni, rasyid ridho.Buah pemikiran tokoh- tokoh islam inilah telah yang berpengaruh besar pada Ahmad Dahlan. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh tokoh-tokoh pembaharu ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama yaitu melalui pendirian muhammadiyah.
Dengan mewujudkan berdirinya muahammadiyah inilah Ahmad Dahlan berkeinginan untuk memperbaharui pemikiran agama (keislaman)di sebagian besar wilayah indonesia yang saat itu masih banyak berfikir otodok (kolot)tentang pemahaman agama islam. Dari sifat ortodok inilah dipandang akan menimbulkan kebekuan ajran islam, serta stagnasi dan deknensi(keterbelakangan)umat islam sendiri. Oleh karena itu pemahaman agama yang statis ini harus diubah dan diperbaharui dengan purifikasi ajaran islamdengan kembali kepada al-quran dan al-hadits.
Ahmad Dahlan adalah orang yang sangat berhati-hati dengan kehidupan sehari-hariya. Dahlan berfikir bahwa setiap orang harus mencari bekal kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal sholeh, menyiarkan dan membela agama Allah serta memimpin umat menuju jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Dengan demikian untuk mencapai bekal kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaraan kolektif, artinya upaya- upaya tersebut diserukan(didakwahkan)kepada seluruh umat manusia melalui upaya- upaya yang sistematis dan kolektif. Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan dahlan sangat merasakan kemundura umat islam di tanahair. Hal itu merisaukan hatinya, ia merasa bertanggung jawab untuk membangun menggerakkan dan memajukan umat.Kesadaran Dahlan bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakn oleh beberapa orang yang di atur secara seksama. Kerjasama antar beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi. Untuk membangun upaya dakwah dan pemberdayaan pemikiran putra-putra bangsa yang telah lama terbelunggu.
Pemberdayaan yang Dahlan lakukan pertama-tama adalah permberdayaan kaum muda yang dengan gigih dibinanya untuk turut dakwah bersama-sama juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan umat Islam di Indonesia.
Strategi awal yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan Dakwah Muhammdiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Leweekschool Jetis Yogyakarta. Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama Dahlan juga berharap akan mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, jadi Dahlan mengajarkan Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.
Dengan dirikannya Muhammadiyah pada 1912 berharap dapat melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia berkeinginan mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapat resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya.
Awal berdirinya Muhammadiyah banyak terjadi pertentangan karena akan adanya anggapan bahwa ideologi yang dibawa Ahmad Dahlan telah menyerang aliran yang mapan. (tradisionalis-konservatif)
Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya itu dianggap membangun madhab baru diluar empat madhab yang telah ada dan mapan. Bahkan dituduh hendak mengadakan tafsir Qur’an baru, yang menurut kaum ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang.
Menanggapi serangan tersebut Ahmad Dahlan hanya menjawab dengan “Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Misi Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah adalah “Berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama daripada Al Qur’an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Jika kita amati ada kalimat “….berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan….” Terbukti realisasi awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan lebih banyak mengadakan pendidikan untuk para pemuda terutama ilmu agama selain juga transformasi ide gagasan pembaharuannya. Hal itu merupakan salah satu pemberdayaan Ahmad Dahlan di dunia pendidikan dalam mengentaskan kebodohan putra bangsa. Hal itu pula yang pada akhirnya ide pemikirannya menjadi pondasi awal sistem pendidikan di Muhammadiyah.
Pemikiran-pemikiran Ahmad Dahlan pun tak urung lepas dari fiksi-fiksi dengan kaum Islam ortodoks. Terjadi banyak tuduhan akan penyimpangan faham baru Ahmad Dahlan yang dianggap membangun madhab baru juga mendapat tuduhan akan penyimpangan pada tafsir Al Qur’an. Di awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan harus berjuang keras menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi (pemurnian) terhadap praktek TBC (tahayul, bid’ah, dan churofat) yang menyeleweng jauh dari Al Qur’an dan Hadits.
Catatan historis itulah yang mencerminkan kegigihan ah dalam memperjuangkan pemberdayaan pemikirannya dalam bidang agama dan pendidikan. Sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan pikiran pendirinya, sebab orang-orang yang kemudian bergabung menjadi anggota secara sadar telah menyepakati dasar dan tujuan Muhammadiyah. Haji Hadid salah seorang murid KH. Ahmad Dahlan mengatakan, bahwa Ahmad Dahlan berorganisasi berpegang pada prinsip :
a. Senantiasa mempertanggungjawabkan tindakannya kepada Allah.
b. Perlu adanya ikatan persaudaraan berdasar kebenaran.
c. Perlunya setiap orang, terutama para pemimpin terus-menerus menambah ilmu sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.
d. Ilmu harus diamalkan.
e. Perlunya dilakukan perubahan apabila memang diperlukan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
f. Mengorbankan harta sendiri untuk kebenaran, ikhlas, dan bersih.
Jika diurutkan dari tuntutan peristiwa berdirinya Muhammadiyah, yang pada mulanya berdirinya lebih pada pemberdayaan dalam bidang agama dan pendidikan, maka beda pula antara masa tempo dulu dan sekarang. Bila dulu lahan garapan/ranah Muhammadiyah hanya pada ranah agama dan pendidikan maka seiring jalan ranah pergerakan Muhammadiyah pun tak hanya itu, Muhammadiyah pun mengembangkan sayap dari sang pemikir ke dalam pemberdayaan masyarakat (Sosial Masyarakat) mendirikan banyak AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) seperti PKU, sekolah-sekolah Muhammadiyah, koperasi, rumah sakit, dan sebagainya.
Seiring berjalan waktu Muhammadiyah menjadi organisasi besar di Indonesia pun tantangan dakwah Muhammadiyah yang hampir berusia satu abad pun bertambah berat bukan hanya tuduhan tapi tantangan dakwah Muhammadiyah disaat ini adalah perang pemikiran (Ghozul Fikr)/ideologi antar pergerakan.
Tak luput banyak warga Muhammadiyah jatuh hati pada pergerakan lain, yang menganggap Muhammadiyah sudah tidak dapat memenuhi hasrat keinginan tuk berdakwah dan berorganisasi. Entah apakah Muhammadiyah telah jauh menyeleweng dari awal pemikiran pendirinya atau memang sudah menjadi hukum perhelatan gerakan. Seorang tokoh Muhammadiyah (Imam Hanafi: Migrasi Jama’ah) mengatakan bahwa injeksi virus yang halus menyusup memasuki aliran darah Muhammadiyah dengan modus melakukan penyusupan ke amal-amal usaha Muhammadiyah apabila tidak disadari lama kelaman akan terus menggerogoti otak ideologi Muhammadiyah melunturkan sense of belonging warganya.
Tiga identitas Muhammadiyah :
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riel dan kongkrit.
2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, Amar Ma’ruf nahi mungkar. Ciri ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Namun sudah menjadi tanggung jawab Muhammadiyah juga sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar untuk meluruskan kembali niatan awal berdirinya Muhammadiyah yang sesuai dengan cita-cita pemikiran Ahmad Dahlan, Muhammadiyah dapat mengangkat agama Islam dan keterbelakangan atau kebodohan massif.
Tidak hanya ranah pemahaman agama yang diluruskan namun juga ranah pemahaman maksud dan tujuan organisasi Muhammadiyah, karena Muhammadiyah adalah pure sebuah organisasi kemasyarakatan.
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)
Ciri ketiga ini yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Tajdid atau pembaharu. Apabila dari makna dalam segi bahasa Tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni :
a) pemurnian
b) peningkatan, pengembangna, modernisasi sudah menjadi tugas Muhammadiyah bila “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan sumber Al Qur’an dan As Sunnah shahih
Sedangkan arti “Peningkatan, pengembangan, modernisasi” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al Qur’an dan AS Sunnah shahih.
Di samping itu ternyata bila diamati Muhammadiyah mempunyai PR untuk menjawab tantangan zaman dan arus globalisasi yang terus melaju.
Ø Pemurnian (Purifikasi)
Tugas/PR pertama Muhammadiyah adalah purifikasi kembali kepribadian Muhammadiyah yang mulai terinfeksi virus yang akan melencengkan kepribadian Muhammadiyah.
Ø Peningkatan, pengembangan, modernisasi
Tak melenceng dari awal pemberdayan pemikiran sang pendiri Muhammadiyah maka sebagai tantangan zaman tugas/PR kedua Muhammadiyah adalah meningkatkan etos kerja segala bidang baik dalam dakwah maupun amal usaha Muhammadiyah.
Dan mengembangkan serta melebarkan sayap Muhammadiyah dalam penerimaan arus informasi global sebagai tameng kebodohan massif Muhammadiyah.
Modernisasi Muhammadiyah bukan berarti meninggalkan dasar pemikiran pertama kali berdirinya, tapi Muhammadiyah dapat up to date bukan berarti berganti baju untnuk beridentitas ideologi baru namun Muhammadiyah tetap eksis dalam kepribadian Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang tak usang dimakan zaman atau kuno tertinggal arus modernisasi.
KESIMPULAN
Dengan melihat gejala yang ada, yang berkelut di tubuh muhammadiyah mau tidak mau harus segera di cari obat penawar agar muhammadiyah tetap dapat sehat seperti sedia kala, sementara di sisi ideologi muhammadiyah sudah semestinya penyimpang dari pondasi awal pemikiran pemberdayaan Ahmad Dahlan perlu adanya purifikasi kembali, agar nantinya tidak terjadi “matinya institusi organisasi dalam hal ini muhammadiyah (The Death of Muhammadiyah) bukan hal yang mustahil akan terjadi manakala muhammadiyah beserta warganya tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman. Lebih-lebih, bila tidak punya sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap organisasi karena lemahnya ideologi dan minimnya informasi serta wawasan tentang ke-muhammadiyahan.
Dengan demikian warga muhammadiyah masih perlu mempelajari gagasan dan pemikiran KH.Ahmad Dahlan. Terutama yang berkaiatn dengan masalah sholat tepat waktu dan pengamalan ayat-ayat al-qur’an, hal itu tidak dimaksud untuk mengikuti jejaknya secara dokmatik tetapi untuk memberi makna kreatif dan inotvatif.
Silaturrahmi Dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan
Kemarin, rabu tanggal 23 muharram/22 februari 2006 Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah beserta rombongan berkunjung ke Pusat Da’wah Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan Jalan Perintis Kemerdekaan, kunjungan ini merupakan ajang silaturrahmi dengan Pegurus Wilayah Muhammmadiyah yang baru terbentuk dalam muktamar beberapa bulan yang lalu.
Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Drs. KH. Baharuddin Paging sangat menyambut baik kunjungan silaturrahmi dari wahdah Islamiyah yang. Beliau mengatakan ajang silaturrahmi semacam perlu terus digalakkan dalam mempererat ukhuwah Islamiyah antara sesama ormas Islam, dan kedepannya perlu adanya kerjasama dalam meyebarkan da’wah dan pembinaan ummat yang intens ditengah-tengah kondisi masyarakat kita yang sangat memprihatinkan, yang sudah banyak meninggalkan nilai-nilai luhur agamanya. Dalam kesempatan tersebut, Drs.Dahlan Yusuf, Ketua Lembaga Da’wah Khusus Muhammadiyah yang membina masalah pembinaan masyarakat terasing dan kristenisasi meminta kerjasama dari wahdah islamiyah untuk menggarap bidang ini, karena selama ini dari Usaha dari Muhammadiyah belum maksimal. Turut juga hadir KH. Muh.Alwi, M.Ag dan beberapa petinggi Muhammadiyah yang lain.
Dari Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, Sekjen Ir.Qasim Saguni mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan sarana untuk saling mempererat hubungan antara wahdah islamiyah dengan muhammadiyah, terlebih lagi kedua ormas ini mempunyai hubungan historis, cikal bakal berdirinya wahdah islamiyah yang dulunya bernama yayasan Fathul Muin, merupakan andil dari berberapa tokoh yang waktu itu juga aktif di Muhammadiyah. Sekjen menyambut baik tawaran kerjasama dari pimpinan wilayah muhammadiyah yang dapat memungkinkan dijalankan secara bersama dalam menunjang pengembangan da’wah dan syiar Islam. Rombongan Wahdah Isalmiyah diikuti oleh beberapa Lembaga Tinggi (Dewan syuro, Dewan syariah, BPK, dan lembaga lainnya), diantaranya hadir: Ir.Muh.Nusran,MM, Rahmat Abdurrahman, Lc, Yani Abdul Karim, Lc, Shalahuddin Guntung, Lc, Usman Laba, Lc, Umar Shaleh, Herman Hasyim, S.Pd, Diang Nyunta, dan Drs.Junaib Shahib,M.Ag. Di akhir Kunjungan Sekjen Pimpinan Wahdah Islamiyah Memberikan Cindramata kepada Ketua Umum Wilayah Muhammadiyah Berupa beberapa buku dan Majalah informasi Albashirah.(anw,arf)
Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Drs. KH. Baharuddin Paging sangat menyambut baik kunjungan silaturrahmi dari wahdah Islamiyah yang. Beliau mengatakan ajang silaturrahmi semacam perlu terus digalakkan dalam mempererat ukhuwah Islamiyah antara sesama ormas Islam, dan kedepannya perlu adanya kerjasama dalam meyebarkan da’wah dan pembinaan ummat yang intens ditengah-tengah kondisi masyarakat kita yang sangat memprihatinkan, yang sudah banyak meninggalkan nilai-nilai luhur agamanya. Dalam kesempatan tersebut, Drs.Dahlan Yusuf, Ketua Lembaga Da’wah Khusus Muhammadiyah yang membina masalah pembinaan masyarakat terasing dan kristenisasi meminta kerjasama dari wahdah islamiyah untuk menggarap bidang ini, karena selama ini dari Usaha dari Muhammadiyah belum maksimal. Turut juga hadir KH. Muh.Alwi, M.Ag dan beberapa petinggi Muhammadiyah yang lain.
Dari Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, Sekjen Ir.Qasim Saguni mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan sarana untuk saling mempererat hubungan antara wahdah islamiyah dengan muhammadiyah, terlebih lagi kedua ormas ini mempunyai hubungan historis, cikal bakal berdirinya wahdah islamiyah yang dulunya bernama yayasan Fathul Muin, merupakan andil dari berberapa tokoh yang waktu itu juga aktif di Muhammadiyah. Sekjen menyambut baik tawaran kerjasama dari pimpinan wilayah muhammadiyah yang dapat memungkinkan dijalankan secara bersama dalam menunjang pengembangan da’wah dan syiar Islam. Rombongan Wahdah Isalmiyah diikuti oleh beberapa Lembaga Tinggi (Dewan syuro, Dewan syariah, BPK, dan lembaga lainnya), diantaranya hadir: Ir.Muh.Nusran,MM, Rahmat Abdurrahman, Lc, Yani Abdul Karim, Lc, Shalahuddin Guntung, Lc, Usman Laba, Lc, Umar Shaleh, Herman Hasyim, S.Pd, Diang Nyunta, dan Drs.Junaib Shahib,M.Ag. Di akhir Kunjungan Sekjen Pimpinan Wahdah Islamiyah Memberikan Cindramata kepada Ketua Umum Wilayah Muhammadiyah Berupa beberapa buku dan Majalah informasi Albashirah.(anw,arf)
Sejarah Singkat Rokan Hilir
Sejarah Rokan Hilir di bentuk dari kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangka Dan Tanah Putih. Negeri-negeri tersebut di pimpin oleh Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Kerajaan Siak.
Distrik pertama didirikan Belanda di Tanah Putih pada saat menduduki daerah ini tahun 1890. setelah Bagansiapiapi yang dibuka oleh pemukim-pemukim Cina berkembang pesat, maka Belanda memindahkan Pemerintah Kontrolreulnya ke Kota Bagansiapiapi pada tahun 1901.
Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda membangun pelabuhan modern dan terlengkap di kota Bagansiapiapi guna mengimbangin pelabuhan lainnya di Selat Malaka hingga Perang Dunia Pertama usai. Setelah Indonesia merdeka, Rokan Hilir digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Bekas wilayah kewedanan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanah Putih, Kubu dan Bangka serta Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian pada tanggal 4 oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten baru di Propinsi Riau sesuai dengan undang-undang nomor 53 tahun 1999. sebagai ibukota di tetapkan di Bagansiapiapi.
Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881 , 59 km2 atau 888. 159 hektar, terletak pada koordinat 1014’ sampai 2045’ lintang utara & 100017’ hingga 101021’ Bujur Timur. Batas Kabupaten Rokan Hilir :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Melaka
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Bengkalis
• Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai
Kondisi wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari beberapa sungai dan pulau. Sungai Rokan merupakan sungai terbesar yang melintas sejauh 350 kilometer dari muaranya di Rokan Hilir hingga ke hulunya di Rokan Hulu. Sebgai sungai terbesar, sungai Rokan memainkan peranan penting sebagai lalulintas penduduk dan sumber ekonomi masyarakat. Sungai-sungai lainnya adalah Sungai Bangko, Sungai Sinaboi, Sungai Mesjid, Sungai Siakap, Sungai Ular dan lainnya.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari daratan rendah dan rawa-rawa, terutama di sepanjang Sungai Rokan hingga ke muaranya. Wilayah ini memiliki tanah yang sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Propinsi Riau.
Jumlah penduduk Kabupaten ROHIL pada tahun 2005 berjumlah 454.253 jiwa.
Baca Juga Artikel Pekanbaru Riau Dibawah ini:
Rohil
- Rokan Hilir Bangun Museum Icon Wisata
- Kelenteng In Hok Kiong - Wisata Rohil
- Taman Kota Bagansiapiapi | Rohil
- Daftar Hotel Rokan Hilir
- Pulau Jemur Wisata Rokan Hilir
- Bakar Tongkang Wisata Rokan Hilir
Wisata Riau
- Dongkrak Pariwisata, Digelar 149 Iven di Riau
- Solusi Berpromosi Wisata Riau
- Pariwisata Riau, ASITA Tawarkan MICE
- Study Tour Ramaikan Pustaka Daerah
- Anjungan untuk Amati Bono Sungai Kampar
- Visit Riau 2010, Wisata Riau
- Riau Tuan Rumah 3 Event Wisata Nasional
- Daftar Restoran Kuliner Batam
- Rokan Hilir Bangun Museum Icon Wisata
- Gobah Indah Bumbu Gulai yang Khas
- Surga Hutan Rawa Gambut
- Grand Gasing Milenium-Auditorium Termegah se-Indonesia
- Makam Raja Raja Rambah
- Masjid Arrahman Tertua ke2 di Pekanbaru
- Festival Danau Buatan Rumbai Pesisir
- Water Park Kuantan Regency Pekanbaru
- Landmark Wisata Sejarah-Religi Pekanbaru
- Wisata Riau Nan Perawan
- Kelenteng In Hok Kiong - Wisata Rohil
- Konstruksi Pustaka Wilayah Riau
- Goa Huta Sikafir-Wisata Goa di Riau
- Stadion PON XVIII Riau 2012 Termegah di Indonesia
- Mesjid Agung An-Nur Bedelau
- Daftar Wisata Pekanbaru-Riau
Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari www.sungaikuantan.com di inbox anda: |
berbagai keindahan Di RIAU
GOR Bagansiapiapi is one of the Riau Stadium prepared to host the Houses of the National Sports Week (PON) XVIII in 2012.
|
MUSEUM TIONGHOA BAGANSIAPIAPI |
Pulau Jemur (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau
PULAU JEMUR |
PULAU JEMUR |
PULAU JEMUR |
Jemur Island (area 250 ha) is an island belonging to Indonesia which is located in the Strait of Malacca, near the border with Malaysia. The island is included in the subdistrict of Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, Riau Province. Jemur island famous for its natural scenery such as white sand beaches and as a habitat for green turtles
Gambar (Images) : Forum Skycrapercity Riau
Gambar (Images) : Forum Skycrapercity Riau
FESTIVAL LAMPU COLOK |
Musical Instruments Melayu Riau
Langganan:
Postingan (Atom)