PENDAHULUAN
Dari tujuh butir pikiran brilian KH.Ahmad Dahlan ,dapat diamati secara seksama aktifitas pengurus muhammadiyah dan angkatan muda muhammadiyahnya saat ini.Apakah masih bercahaya sesuai dengan agenda dasar alam pikiran KH. Ahmad Dahlan ?,ataukah justru pikiran dan gagasan ahmad dahlan sudah jauh dari akar dasarnya,ataukah sudah mati dan padam disebabkan oleh berbagai seruan kepentingan,yang menjadikan organisasi serta amal muhammadiyah sebagai batu loncatan untuk mencapai kepentingan dan kepuasan pribadi atau kelompok. Bahkan mungkin sebagian atau kebanyakan, muhammadiyah bagaikan lembaga persekutuan berhistoris, sementara gagasan dan pikiran pendirinya hanya legenda atau dongeng belaka.
Akan sangat ironis manakala warga muhammadiyah mengabaikan sama sekali gagasan pikiran pendiri organisasinya ini. Seorang tokoh yang gagasannya telah menghasilkan salah satu organisasi terbesar di indonesia dan sekarang banyak kalangan menikmati walaupun dalam berbagai gaya plus bermacam – macam ragam kepentingan baik dalam amal usaha maupun dalam persyarikatan muhammadiyah. Gagasan pikiran cemerlang tersebut, jelas tidak layak untuk di abaikan. Gagasan dan pikiran semacam itu jelas mengandung banyak hal yang perlu di pelajari terutama bagi warga muhammadiyahmanakala tidak ada maksud untuk menyimpang dari gagasan dan tujuan berdirinya organisasi tersebut.
DASAR PEMIKIRAN PEMBERDAYAAN KH. AHMAD DAHLAN
Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seoranng bayi bernama Darwis di kampung Kauman sebelah barat alun- alun utara, Yogyakarta tetaplah tidak memiliki keistimewaan lain. Namun sejarah mencatat lain.Kampung Kauman menjadi sebuah nama besar sebagai kampumng kelahiran seorang pahlawan kemerdekaan nasional indonesia, KH.Ahmad Dahlan dan lahirnya persyarikatan muahammadiyah pada 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912.
Interaksinya dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia islam di Makkah, seperti: Ibnu taimiyah, muhammad abdul al- afghoni, rasyid ridho.Buah pemikiran tokoh- tokoh islam inilah telah yang berpengaruh besar pada Ahmad Dahlan. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh tokoh-tokoh pembaharu ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama yaitu melalui pendirian muhammadiyah.
Dengan mewujudkan berdirinya muahammadiyah inilah Ahmad Dahlan berkeinginan untuk memperbaharui pemikiran agama (keislaman)di sebagian besar wilayah indonesia yang saat itu masih banyak berfikir otodok (kolot)tentang pemahaman agama islam. Dari sifat ortodok inilah dipandang akan menimbulkan kebekuan ajran islam, serta stagnasi dan deknensi(keterbelakangan)umat islam sendiri. Oleh karena itu pemahaman agama yang statis ini harus diubah dan diperbaharui dengan purifikasi ajaran islamdengan kembali kepada al-quran dan al-hadits.
Ahmad Dahlan adalah orang yang sangat berhati-hati dengan kehidupan sehari-hariya. Dahlan berfikir bahwa setiap orang harus mencari bekal kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal sholeh, menyiarkan dan membela agama Allah serta memimpin umat menuju jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Dengan demikian untuk mencapai bekal kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaraan kolektif, artinya upaya- upaya tersebut diserukan(didakwahkan)kepada seluruh umat manusia melalui upaya- upaya yang sistematis dan kolektif. Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan dahlan sangat merasakan kemundura umat islam di tanahair. Hal itu merisaukan hatinya, ia merasa bertanggung jawab untuk membangun menggerakkan dan memajukan umat.Kesadaran Dahlan bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakn oleh beberapa orang yang di atur secara seksama. Kerjasama antar beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi. Untuk membangun upaya dakwah dan pemberdayaan pemikiran putra-putra bangsa yang telah lama terbelunggu.
Pemberdayaan yang Dahlan lakukan pertama-tama adalah permberdayaan kaum muda yang dengan gigih dibinanya untuk turut dakwah bersama-sama juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan umat Islam di Indonesia.
Strategi awal yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan Dakwah Muhammdiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Leweekschool Jetis Yogyakarta. Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama Dahlan juga berharap akan mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, jadi Dahlan mengajarkan Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.
Dengan dirikannya Muhammadiyah pada 1912 berharap dapat melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia berkeinginan mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapat resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya.
Awal berdirinya Muhammadiyah banyak terjadi pertentangan karena akan adanya anggapan bahwa ideologi yang dibawa Ahmad Dahlan telah menyerang aliran yang mapan. (tradisionalis-konservatif)
Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya itu dianggap membangun madhab baru diluar empat madhab yang telah ada dan mapan. Bahkan dituduh hendak mengadakan tafsir Qur’an baru, yang menurut kaum ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang.
Menanggapi serangan tersebut Ahmad Dahlan hanya menjawab dengan “Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Misi Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah adalah “Berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama daripada Al Qur’an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Jika kita amati ada kalimat “….berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan….” Terbukti realisasi awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan lebih banyak mengadakan pendidikan untuk para pemuda terutama ilmu agama selain juga transformasi ide gagasan pembaharuannya. Hal itu merupakan salah satu pemberdayaan Ahmad Dahlan di dunia pendidikan dalam mengentaskan kebodohan putra bangsa. Hal itu pula yang pada akhirnya ide pemikirannya menjadi pondasi awal sistem pendidikan di Muhammadiyah.
Pemikiran-pemikiran Ahmad Dahlan pun tak urung lepas dari fiksi-fiksi dengan kaum Islam ortodoks. Terjadi banyak tuduhan akan penyimpangan faham baru Ahmad Dahlan yang dianggap membangun madhab baru juga mendapat tuduhan akan penyimpangan pada tafsir Al Qur’an. Di awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan harus berjuang keras menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi (pemurnian) terhadap praktek TBC (tahayul, bid’ah, dan churofat) yang menyeleweng jauh dari Al Qur’an dan Hadits.
Catatan historis itulah yang mencerminkan kegigihan ah dalam memperjuangkan pemberdayaan pemikirannya dalam bidang agama dan pendidikan. Sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan pikiran pendirinya, sebab orang-orang yang kemudian bergabung menjadi anggota secara sadar telah menyepakati dasar dan tujuan Muhammadiyah. Haji Hadid salah seorang murid KH. Ahmad Dahlan mengatakan, bahwa Ahmad Dahlan berorganisasi berpegang pada prinsip :
a. Senantiasa mempertanggungjawabkan tindakannya kepada Allah.
b. Perlu adanya ikatan persaudaraan berdasar kebenaran.
c. Perlunya setiap orang, terutama para pemimpin terus-menerus menambah ilmu sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.
d. Ilmu harus diamalkan.
e. Perlunya dilakukan perubahan apabila memang diperlukan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
f. Mengorbankan harta sendiri untuk kebenaran, ikhlas, dan bersih.
Jika diurutkan dari tuntutan peristiwa berdirinya Muhammadiyah, yang pada mulanya berdirinya lebih pada pemberdayaan dalam bidang agama dan pendidikan, maka beda pula antara masa tempo dulu dan sekarang. Bila dulu lahan garapan/ranah Muhammadiyah hanya pada ranah agama dan pendidikan maka seiring jalan ranah pergerakan Muhammadiyah pun tak hanya itu, Muhammadiyah pun mengembangkan sayap dari sang pemikir ke dalam pemberdayaan masyarakat (Sosial Masyarakat) mendirikan banyak AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) seperti PKU, sekolah-sekolah Muhammadiyah, koperasi, rumah sakit, dan sebagainya.
Seiring berjalan waktu Muhammadiyah menjadi organisasi besar di Indonesia pun tantangan dakwah Muhammadiyah yang hampir berusia satu abad pun bertambah berat bukan hanya tuduhan tapi tantangan dakwah Muhammadiyah disaat ini adalah perang pemikiran (Ghozul Fikr)/ideologi antar pergerakan.
Tak luput banyak warga Muhammadiyah jatuh hati pada pergerakan lain, yang menganggap Muhammadiyah sudah tidak dapat memenuhi hasrat keinginan tuk berdakwah dan berorganisasi. Entah apakah Muhammadiyah telah jauh menyeleweng dari awal pemikiran pendirinya atau memang sudah menjadi hukum perhelatan gerakan. Seorang tokoh Muhammadiyah (Imam Hanafi: Migrasi Jama’ah) mengatakan bahwa injeksi virus yang halus menyusup memasuki aliran darah Muhammadiyah dengan modus melakukan penyusupan ke amal-amal usaha Muhammadiyah apabila tidak disadari lama kelaman akan terus menggerogoti otak ideologi Muhammadiyah melunturkan sense of belonging warganya.
Tiga identitas Muhammadiyah :
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riel dan kongkrit.
2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, Amar Ma’ruf nahi mungkar. Ciri ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Namun sudah menjadi tanggung jawab Muhammadiyah juga sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar untuk meluruskan kembali niatan awal berdirinya Muhammadiyah yang sesuai dengan cita-cita pemikiran Ahmad Dahlan, Muhammadiyah dapat mengangkat agama Islam dan keterbelakangan atau kebodohan massif.
Tidak hanya ranah pemahaman agama yang diluruskan namun juga ranah pemahaman maksud dan tujuan organisasi Muhammadiyah, karena Muhammadiyah adalah pure sebuah organisasi kemasyarakatan.
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)
Ciri ketiga ini yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Tajdid atau pembaharu. Apabila dari makna dalam segi bahasa Tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni :
a) pemurnian
b) peningkatan, pengembangna, modernisasi sudah menjadi tugas Muhammadiyah bila “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan sumber Al Qur’an dan As Sunnah shahih
Sedangkan arti “Peningkatan, pengembangan, modernisasi” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al Qur’an dan AS Sunnah shahih.
Di samping itu ternyata bila diamati Muhammadiyah mempunyai PR untuk menjawab tantangan zaman dan arus globalisasi yang terus melaju.
Ø Pemurnian (Purifikasi)
Tugas/PR pertama Muhammadiyah adalah purifikasi kembali kepribadian Muhammadiyah yang mulai terinfeksi virus yang akan melencengkan kepribadian Muhammadiyah.
Ø Peningkatan, pengembangan, modernisasi
Tak melenceng dari awal pemberdayan pemikiran sang pendiri Muhammadiyah maka sebagai tantangan zaman tugas/PR kedua Muhammadiyah adalah meningkatkan etos kerja segala bidang baik dalam dakwah maupun amal usaha Muhammadiyah.
Dan mengembangkan serta melebarkan sayap Muhammadiyah dalam penerimaan arus informasi global sebagai tameng kebodohan massif Muhammadiyah.
Modernisasi Muhammadiyah bukan berarti meninggalkan dasar pemikiran pertama kali berdirinya, tapi Muhammadiyah dapat up to date bukan berarti berganti baju untnuk beridentitas ideologi baru namun Muhammadiyah tetap eksis dalam kepribadian Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang tak usang dimakan zaman atau kuno tertinggal arus modernisasi.
KESIMPULAN
Dengan melihat gejala yang ada, yang berkelut di tubuh muhammadiyah mau tidak mau harus segera di cari obat penawar agar muhammadiyah tetap dapat sehat seperti sedia kala, sementara di sisi ideologi muhammadiyah sudah semestinya penyimpang dari pondasi awal pemikiran pemberdayaan Ahmad Dahlan perlu adanya purifikasi kembali, agar nantinya tidak terjadi “matinya institusi organisasi dalam hal ini muhammadiyah (The Death of Muhammadiyah) bukan hal yang mustahil akan terjadi manakala muhammadiyah beserta warganya tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman. Lebih-lebih, bila tidak punya sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap organisasi karena lemahnya ideologi dan minimnya informasi serta wawasan tentang ke-muhammadiyahan.
Dengan demikian warga muhammadiyah masih perlu mempelajari gagasan dan pemikiran KH.Ahmad Dahlan. Terutama yang berkaiatn dengan masalah sholat tepat waktu dan pengamalan ayat-ayat al-qur’an, hal itu tidak dimaksud untuk mengikuti jejaknya secara dokmatik tetapi untuk memberi makna kreatif dan inotvatif.