Janji Pandu Hizbul Wathan & sebuah kenangan HW


Bismillahirrahmanirrahim
"Ashaduanla illahaillallah wa ashaduanna muhammadan 'abduhu wa rasuluhu"


Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh.
Satu : Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah,Undang-undang dan tanah air.
Dua : Menolong siapa saja sedapat saya.
Tiga : Setia menepati Undang-undang Pandu Hizbul Wathan.

Begitulah bunyi janji yang diikrarkan oleh anggota pandu HW yang didirikan oleh Muhammadiyah jauh sebelum Indonesia Merdeka. Kalau kita cermati janji inilah yang menjadi rujukan isi Tri Satya Pramuka yang sekarang ini. Pilih mana yang sesuai nurani kita ???

Berikut adalah sekilas sebuah kenangan HW yang diambil dari arsip berita Kompas

SEWAKTU pembawa acara pembukaan Muktamar Ke-44 Muhammadiyah mengumumkan dimulainya acara defile di Stadion Utama Senayan, Jakarta, Sabtu (8/7), Nurfan Soenarja (68) dengan bersemangat melangkah. Setangan leher berwarna hijau bergaris-garis putih melingkari leher, tongkat bercabang dua "menyangga" pinggang, dan langkahnya tegap ke depan.



Dengan berseragam baju kehijauan dan celana "tiga per empat" - karena hanya sampai sedikit di bawah lutut-Nurfan merasa kembali. Ia merasa hidup kembali, dan terbayang puluhan tahun lalu saat masih menjadi anggota Hizbul Wathan (HW), organisasi kepanduan di gerakan Muhammadiyah.

Akan tetapi, semangat saja kadang-kadang tak cukup. Seusai satu putaran berjalan, Nurfan cepat menepi, keluar dari barisan. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat membasahi seluruh mukanya. "Saya sudah tidak kuat lagi jalan jauh. Sudah tua," ungkap bapak sembilan anak itu, seperti minta dimaklumi.

Sekalipun demikian, dia tampak bangga bisa meramaikan muktamar. Sebab, inilah untuk pertama kalinya setelah hampir 39 tahun pandu HW meramaikan perhelatan di lingkungan Muhammadiyah. Sejak tahun 1961, HW bersama dengan kepanduan lain dilebur ke dalam Praja Muda Karana (Pramuka) oleh Presiden Soekarno.


~*~
NURFAN tidak sendirian meramaikan Muktamar Muhammadiyah. Hadir pula ratusan pandu HW wredha (tua) dari seluruh Indonesia. Paling muda, mereka berumur sekitar 50 tahun. Namun, tak sedikit yang telah berusia di atas 60 tahun, bahkan seperti Ibrahim Dairy dari Kudus (Jawa Tengah) kini sudah memasuki usia 75 tahun.

Dengan mengikuti Muktamar Muhammadiyah, papar Syamsuddin (54)-anggota HW dari Semarang (Jateng)-mereka tidak sekadar ingin bernostalgia. Tetapi, penampilan pandu sepuh (tua) itu juga merupakan bagian dari usaha untuk membangkitkan lagi kepanduan di lingkungan Muhammadiyah, maupun organisasi lain. Karena kepramukaan kini dipandang tidak lagi memadai sebagai bagian dari pembinaan generasi muda.

"Saat HW dan gerakan kepanduan lain dibubarkan tahun 1961, saya tidak mau masuk Pramuka. Saya lebih sreg di HW," papar Nurfan.

Syamsuddin pun merasa lebih enjoy bergabung dengan pandu HW dan bukan kepramukaan. Karena HW mengajarkan betul kesederhanaan seorang pandu.

Ia menyebutkan, Pandu HW mengajarkan bertahan hidup dengan alat yang terbatas dan praktis. Celana seragam Pandu HW memang dibuat tak panjang, tetapi pada ujungnya ada kancing yang dapat dibuka. Apabila kancing itu dibuka, celana "berubah" menjadi sarung untuk sholat. Topi terbuat dari anyaman bambu, yang dapat bermanfaat untuk mencuci beras. Sedangkan tongkat bercabang dua yang selalu dibawa, selain untuk menyangga tenda, juga bisa digunakan untuk gantungan penjerang air dan penanak nasi.

"Kami ingin mengembangkan kembali Pandu HW. Karena Pandu HW pun mengajarkan cinta pada Tanah Air. Apalagi, kami sekarang sudah tua-tua. Kalau Pandu HW tak diregenerasi, nanti tinggal sejarah," ujar Syamsuddin lagi.


~*~
MEMANG tidak terlalu banyak publikasi saat Pandu HW dilahirkan kembali dalam sebuah deklarasi di Stadion Kridosono, Yogyakarta, 18 Desember 1999. Padahal, ini tonggak sejarah kebangkitan kepanduan nonpemerintah yang bisa mengubah bentuk kepramukaan selama ini. Tak mustahil, Pramuka yang telah berdiri sejak 1961 itu dapat terdesak ke pinggir, tersisih serbuan kepanduan-kepanduan "swasta" yang akan bermunculan lebih banyak lagi.

Deklarasi kelahiran kembali Pandu HW kala itu dihadiri, antara lain mantan Ketua PP Muhammadiyah yang juga Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua MPR Letjen (TNI) Hari Sabarno, Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin, Letjen AM Hendripriyono, dan mantan Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen Muchdi PR. Mereka memang alumnus Pandu HW, yang beberapa tahun lamanya harus terkubur, karena pelumpuhan kemajemukan secara sistemis oleh Presiden Soekarno dengan Keppres No. 238/1961. Dengan Keppres ini, hanya Pramuka sajalah yang boleh hidup di Indonesia.

Deklarasi HW berikutnya memang sudah tak terbendung. Misalnya, di halaman Balai Kota Surabaya 25 Juni lalu, berkumpul 2.500 orang mulai usia belasan tahun sampai di atas 70-an tahun, mendeklarasikan HW Kwartil Wilayah (Kwarwil) Jatim. Muktamar Ke-44 Muhammadiyah pun seakan mempertegas kembali kebangkitan Pandu HW tersebut.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Syafi'i Maarif dalam pidato iftithah waktu membuka muktamar sempat menyinggung kelahiran kembali HW. "Gerakan kepanduan Muhammadiyah (HW) yang sejak 1961 diharuskan bergabung ke dalam Pramuka-yang ternyata tidak efektif bagi pembentukan watak seseorang-kini telah bangkit kembali. Kini bendera HW telah berkibar dan terus akan berkibar dalam usaha membentuk anak muda Indonesia yang berwatak tangguh dan berakhlak mulia," katanya, disambut applaus ribuan muktamirin.

Laporan pertanggungjawaban PP Muhammdiyah yang dibacakan Watik Pratiknya menyebut bangkitnya HW dengan Deklarasi Yogyakarta bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan untuk mengoreksi iklim kehidupan monolitik yang dibudayakan selama empat dasawarsa terakhir. "Dengan kebangkitan HW, Muhammadiyah juga mengajak organisasi kemasyarakatan yang lain untuk menghidupkan lagi kepanduan mereka-atau mendirikan kepanduan baru-sebagai wujud koreksi terhadap iklim kehidupan sosial yang monolitik tersebut," paparnya. (pep/mam/tra)


Sifat HW

HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah
  • bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia.
  • bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina)
  • bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
  • tidak berorientasi pada partai politik , artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW hanyalah persyarikatan muhammadiyah .

SEJARAH BERDIRINYA KOTA PEKANBARU

  
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.

Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. PerkembanganSenapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.


Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.

Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :

SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.


Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.


Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.


Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.

UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.

UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.

UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.

Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.

UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.

UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Prev: SEJARAH BERDIRINYA PROVINSI RIAU
Next: LOKASI OBJEK WISATA DI RIAU

~MUHAMMADIYAHNYA K.H. AHMAD DAHLAN~


PENDAHULUAN
Dari tujuh butir pikiran brilian KH.Ahmad Dahlan ,dapat diamati secara seksama aktifitas pengurus muhammadiyah dan angkatan muda muhammadiyahnya saat ini.Apakah masih bercahaya sesuai dengan agenda dasar alam pikiran KH. Ahmad Dahlan ?,ataukah justru pikiran dan gagasan ahmad dahlan sudah jauh dari akar dasarnya,ataukah sudah mati dan padam disebabkan oleh berbagai seruan kepentingan,yang menjadikan organisasi serta amal muhammadiyah sebagai batu loncatan untuk mencapai kepentingan dan kepuasan pribadi atau kelompok. Bahkan mungkin sebagian atau kebanyakan, muhammadiyah bagaikan lembaga persekutuan berhistoris, sementara gagasan dan pikiran pendirinya hanya legenda atau dongeng belaka.
Akan sangat ironis manakala warga muhammadiyah mengabaikan sama sekali gagasan pikiran pendiri organisasinya ini. Seorang tokoh yang gagasannya telah menghasilkan salah satu organisasi terbesar di indonesia dan sekarang banyak kalangan menikmati walaupun dalam berbagai gaya plus bermacam – macam ragam kepentingan baik dalam amal usaha maupun dalam persyarikatan muhammadiyah. Gagasan pikiran cemerlang tersebut, jelas tidak layak untuk di abaikan. Gagasan dan pikiran semacam itu jelas mengandung banyak hal yang perlu di pelajari terutama bagi warga muhammadiyahmanakala tidak ada maksud  untuk menyimpang dari gagasan dan tujuan berdirinya organisasi tersebut.
DASAR PEMIKIRAN PEMBERDAYAAN KH. AHMAD DAHLAN
Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seoranng bayi bernama Darwis di kampung Kauman sebelah barat alun- alun utara, Yogyakarta tetaplah tidak memiliki keistimewaan lain. Namun sejarah mencatat lain.Kampung Kauman menjadi sebuah nama besar sebagai kampumng kelahiran seorang pahlawan kemerdekaan nasional indonesia, KH.Ahmad Dahlan dan lahirnya persyarikatan muahammadiyah pada 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912.
Interaksinya dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia islam di Makkah, seperti: Ibnu taimiyah, muhammad abdul al- afghoni, rasyid ridho.Buah pemikiran tokoh- tokoh islam inilah telah yang berpengaruh besar pada Ahmad Dahlan. Jiwa dan pemikirannya penuh  disemangati oleh tokoh-tokoh pembaharu ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama yaitu melalui pendirian muhammadiyah.
Dengan mewujudkan berdirinya muahammadiyah inilah Ahmad Dahlan berkeinginan untuk memperbaharui pemikiran agama (keislaman)di sebagian besar wilayah indonesia yang saat itu masih banyak berfikir otodok (kolot)tentang pemahaman agama islam. Dari sifat ortodok inilah dipandang akan menimbulkan kebekuan ajran islam, serta stagnasi dan deknensi(keterbelakangan)umat islam sendiri. Oleh karena itu pemahaman agama yang statis ini harus diubah dan diperbaharui dengan purifikasi ajaran islamdengan kembali kepada al-quran dan al-hadits.
Ahmad Dahlan adalah orang yang sangat berhati-hati dengan kehidupan sehari-hariya. Dahlan berfikir bahwa setiap orang harus mencari bekal kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal sholeh, menyiarkan dan membela agama Allah serta memimpin umat menuju jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Dengan demikian untuk mencapai bekal kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaraan kolektif, artinya upaya- upaya tersebut diserukan(didakwahkan)kepada seluruh umat manusia melalui upaya- upaya yang sistematis dan kolektif. Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan dahlan sangat merasakan kemundura umat islam di tanahair. Hal itu merisaukan hatinya, ia merasa bertanggung jawab untuk membangun menggerakkan dan memajukan umat.Kesadaran Dahlan bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakan sendiri tetapi harus dilaksanakn oleh beberapa orang yang di atur secara seksama. Kerjasama antar beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi. Untuk membangun upaya dakwah dan pemberdayaan pemikiran putra-putra bangsa yang telah lama terbelunggu.
Pemberdayaan yang Dahlan lakukan pertama-tama adalah permberdayaan kaum muda yang dengan gigih dibinanya untuk turut dakwah bersama-sama juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan umat Islam di Indonesia.
Strategi awal yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan Dakwah Muhammdiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Leweekschool Jetis Yogyakarta. Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama Dahlan juga berharap akan mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, jadi Dahlan mengajarkan Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.
Dengan dirikannya Muhammadiyah pada 1912 berharap dapat melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia berkeinginan mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapat resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya.
 Awal berdirinya Muhammadiyah banyak terjadi pertentangan karena akan adanya anggapan bahwa ideologi yang dibawa Ahmad Dahlan telah menyerang aliran yang mapan. (tradisionalis-konservatif)
Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya itu dianggap membangun madhab baru diluar empat madhab yang telah ada dan mapan. Bahkan dituduh hendak mengadakan tafsir Qur’an baru, yang menurut kaum ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang.
Menanggapi serangan tersebut Ahmad Dahlan hanya menjawab dengan “Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Misi Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah adalah “Berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama daripada Al Qur’an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Al Qur’an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir.”
Jika kita amati ada kalimat “….berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan keterbelakangan….” Terbukti realisasi awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan lebih banyak mengadakan pendidikan untuk para pemuda terutama ilmu agama selain juga transformasi ide gagasan pembaharuannya. Hal itu merupakan salah satu pemberdayaan Ahmad Dahlan di dunia pendidikan dalam mengentaskan kebodohan putra bangsa. Hal itu pula yang pada akhirnya ide pemikirannya menjadi pondasi awal sistem pendidikan di Muhammadiyah.
Pemikiran-pemikiran Ahmad Dahlan pun tak urung lepas dari fiksi-fiksi dengan kaum Islam ortodoks. Terjadi banyak tuduhan akan penyimpangan faham baru Ahmad Dahlan yang dianggap membangun madhab baru juga mendapat tuduhan akan penyimpangan pada tafsir Al Qur’an. Di awal berdirinya Muhammadiyah Ahmad Dahlan harus berjuang keras menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi (pemurnian) terhadap praktek TBC (tahayul, bid’ah, dan churofat) yang menyeleweng jauh dari Al Qur’an dan Hadits.
Catatan historis itulah yang mencerminkan kegigihan ah dalam memperjuangkan pemberdayaan pemikirannya dalam bidang agama dan pendidikan. Sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan pikiran pendirinya, sebab orang-orang yang kemudian bergabung menjadi anggota secara sadar telah menyepakati dasar dan tujuan Muhammadiyah. Haji Hadid salah seorang murid KH. Ahmad Dahlan mengatakan, bahwa Ahmad Dahlan berorganisasi berpegang pada prinsip :
a.        Senantiasa mempertanggungjawabkan tindakannya kepada Allah.
b.       Perlu adanya ikatan persaudaraan berdasar kebenaran.
c.        Perlunya setiap orang, terutama para pemimpin terus-menerus menambah ilmu sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.
d.       Ilmu harus diamalkan.
e.        Perlunya dilakukan perubahan apabila memang diperlukan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
f.         Mengorbankan harta sendiri untuk kebenaran, ikhlas, dan bersih.
Jika diurutkan dari tuntutan peristiwa berdirinya Muhammadiyah, yang pada mulanya berdirinya lebih pada pemberdayaan dalam bidang agama dan pendidikan, maka beda pula antara masa tempo dulu dan sekarang. Bila dulu lahan garapan/ranah Muhammadiyah hanya pada ranah agama dan pendidikan maka seiring jalan ranah pergerakan Muhammadiyah pun tak hanya itu, Muhammadiyah pun mengembangkan sayap dari sang pemikir ke dalam pemberdayaan masyarakat (Sosial Masyarakat) mendirikan banyak AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) seperti PKU, sekolah-sekolah Muhammadiyah, koperasi, rumah sakit, dan sebagainya.
Seiring berjalan waktu Muhammadiyah menjadi organisasi besar di Indonesia pun tantangan dakwah Muhammadiyah yang hampir berusia satu abad pun bertambah berat bukan hanya tuduhan tapi tantangan dakwah Muhammadiyah disaat ini adalah perang pemikiran (Ghozul Fikr)/ideologi antar pergerakan.
Tak luput banyak warga Muhammadiyah jatuh hati pada pergerakan lain, yang menganggap Muhammadiyah sudah tidak dapat memenuhi hasrat keinginan tuk berdakwah dan berorganisasi. Entah apakah Muhammadiyah telah jauh menyeleweng dari awal pemikiran pendirinya atau memang sudah menjadi hukum perhelatan gerakan. Seorang tokoh Muhammadiyah (Imam Hanafi: Migrasi Jama’ah) mengatakan bahwa injeksi virus yang  halus menyusup memasuki aliran darah Muhammadiyah dengan modus melakukan penyusupan ke amal-amal usaha Muhammadiyah apabila tidak disadari lama kelaman akan terus menggerogoti otak ideologi Muhammadiyah melunturkan sense of belonging warganya.
Tiga identitas Muhammadiyah :
1.        Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riel dan kongkrit.
2.        Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, Amar Ma’ruf nahi mungkar. Ciri ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Namun sudah menjadi tanggung jawab Muhammadiyah juga sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar untuk meluruskan kembali niatan awal berdirinya Muhammadiyah yang sesuai dengan cita-cita pemikiran Ahmad Dahlan, Muhammadiyah dapat mengangkat agama Islam dan keterbelakangan atau kebodohan massif.
Tidak hanya ranah pemahaman agama yang diluruskan namun juga ranah pemahaman maksud dan tujuan organisasi Muhammadiyah, karena Muhammadiyah adalah pure sebuah organisasi kemasyarakatan.
3.        Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)
Ciri ketiga ini yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Tajdid atau pembaharu. Apabila dari makna dalam segi bahasa Tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni :
a)       pemurnian
b)       peningkatan, pengembangna, modernisasi sudah menjadi tugas Muhammadiyah bila “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan sumber Al Qur’an dan As Sunnah shahih
Sedangkan arti “Peningkatan, pengembangan, modernisasi” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al Qur’an dan AS Sunnah shahih.
Di samping itu ternyata bila diamati Muhammadiyah mempunyai PR untuk menjawab tantangan zaman dan arus globalisasi yang terus melaju.
Ø       Pemurnian (Purifikasi)
Tugas/PR pertama Muhammadiyah adalah purifikasi kembali kepribadian Muhammadiyah yang mulai terinfeksi virus yang akan melencengkan kepribadian Muhammadiyah.
Ø       Peningkatan, pengembangan, modernisasi
Tak melenceng dari awal pemberdayan pemikiran sang pendiri Muhammadiyah maka sebagai tantangan zaman tugas/PR kedua Muhammadiyah adalah meningkatkan etos kerja segala bidang baik dalam dakwah maupun amal usaha Muhammadiyah.
Dan mengembangkan serta melebarkan sayap Muhammadiyah dalam penerimaan arus informasi global sebagai tameng kebodohan massif Muhammadiyah.
Modernisasi Muhammadiyah bukan berarti meninggalkan dasar pemikiran pertama kali berdirinya, tapi Muhammadiyah dapat up to date bukan berarti berganti baju untnuk beridentitas ideologi baru namun Muhammadiyah tetap eksis dalam kepribadian Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang tak usang dimakan zaman atau kuno tertinggal arus modernisasi.
KESIMPULAN
Dengan melihat gejala yang ada, yang berkelut di tubuh muhammadiyah mau tidak mau harus segera di cari obat penawar agar muhammadiyah tetap dapat sehat seperti sedia kala, sementara di sisi ideologi muhammadiyah sudah semestinya penyimpang dari pondasi awal pemikiran pemberdayaan Ahmad Dahlan perlu adanya purifikasi kembali, agar nantinya tidak terjadi “matinya institusi organisasi dalam hal ini muhammadiyah (The Death of Muhammadiyah) bukan hal yang mustahil akan terjadi manakala muhammadiyah beserta warganya tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman. Lebih-lebih, bila tidak punya sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap organisasi karena lemahnya ideologi dan minimnya informasi serta wawasan tentang ke-muhammadiyahan.
Dengan demikian warga muhammadiyah masih perlu mempelajari gagasan dan pemikiran KH.Ahmad Dahlan. Terutama yang berkaiatn dengan masalah sholat tepat waktu dan pengamalan ayat-ayat al-qur’an, hal itu tidak dimaksud untuk mengikuti jejaknya secara dokmatik tetapi untuk memberi makna kreatif  dan inotvatif.

Silaturrahmi Dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan

Kemarin, rabu tanggal 23 muharram/22 februari 2006 Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah beserta rombongan berkunjung ke Pusat Da’wah Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan Jalan Perintis Kemerdekaan, kunjungan ini merupakan ajang silaturrahmi dengan Pegurus Wilayah Muhammmadiyah yang baru terbentuk dalam muktamar beberapa bulan yang lalu.

Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Drs. KH. Baharuddin Paging sangat menyambut baik kunjungan silaturrahmi dari wahdah Islamiyah yang. Beliau mengatakan ajang silaturrahmi semacam perlu terus digalakkan dalam mempererat ukhuwah Islamiyah antara sesama ormas Islam, dan kedepannya perlu adanya kerjasama dalam meyebarkan da’wah dan pembinaan ummat yang intens ditengah-tengah kondisi masyarakat kita yang sangat memprihatinkan, yang sudah banyak meninggalkan nilai-nilai luhur agamanya. Dalam kesempatan tersebut, Drs.Dahlan Yusuf, Ketua Lembaga Da’wah Khusus Muhammadiyah yang membina masalah pembinaan masyarakat terasing dan kristenisasi meminta kerjasama dari wahdah islamiyah untuk menggarap bidang ini, karena selama ini dari Usaha dari Muhammadiyah belum maksimal. Turut juga hadir KH. Muh.Alwi, M.Ag dan beberapa petinggi Muhammadiyah yang lain.

Dari Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, Sekjen Ir.Qasim Saguni mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan sarana untuk saling mempererat hubungan antara wahdah islamiyah dengan muhammadiyah, terlebih lagi kedua ormas ini mempunyai hubungan historis, cikal bakal berdirinya wahdah islamiyah yang dulunya bernama yayasan Fathul Muin, merupakan andil dari berberapa tokoh yang waktu itu juga aktif di Muhammadiyah. Sekjen menyambut baik tawaran kerjasama dari pimpinan wilayah muhammadiyah yang dapat memungkinkan dijalankan secara bersama dalam menunjang pengembangan da’wah dan syiar Islam. Rombongan Wahdah Isalmiyah diikuti oleh beberapa Lembaga Tinggi (Dewan syuro, Dewan syariah, BPK, dan lembaga lainnya), diantaranya hadir: Ir.Muh.Nusran,MM, Rahmat Abdurrahman, Lc, Yani Abdul Karim, Lc, Shalahuddin Guntung, Lc, Usman Laba, Lc, Umar Shaleh, Herman Hasyim, S.Pd, Diang Nyunta, dan Drs.Junaib Shahib,M.Ag. Di akhir Kunjungan Sekjen Pimpinan Wahdah Islamiyah Memberikan Cindramata kepada Ketua Umum Wilayah Muhammadiyah Berupa beberapa buku dan Majalah informasi Albashirah.(anw,arf)

Sejarah Singkat Rokan Hilir

Sejarah Singkat Rokan Hilir

Sejarah Rokan Hilir di bentuk dari kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangka Dan Tanah Putih. Negeri-negeri tersebut di pimpin oleh Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Kerajaan Siak.

Distrik pertama didirikan Belanda di Tanah Putih pada saat menduduki daerah ini tahun 1890. setelah Bagansiapiapi yang dibuka oleh pemukim-pemukim Cina berkembang pesat, maka Belanda memindahkan Pemerintah Kontrolreulnya ke Kota Bagansiapiapi pada tahun 1901.

Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda membangun pelabuhan modern dan terlengkap di kota Bagansiapiapi guna mengimbangin pelabuhan lainnya di Selat Malaka hingga Perang Dunia Pertama usai. Setelah Indonesia merdeka, Rokan Hilir digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.

Bekas wilayah kewedanan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanah Putih, Kubu dan Bangka serta Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian pada tanggal 4 oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten baru di Propinsi Riau sesuai dengan undang-undang nomor 53 tahun 1999. sebagai ibukota di tetapkan di Bagansiapiapi.

Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881 , 59 km2 atau 888. 159 hektar, terletak pada koordinat 1014’ sampai 2045’ lintang utara & 100017’ hingga 101021’ Bujur Timur. Batas Kabupaten Rokan Hilir :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Melaka
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Bengkalis
• Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai

Kondisi wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari beberapa sungai dan pulau. Sungai Rokan merupakan sungai terbesar yang melintas sejauh 350 kilometer dari muaranya di Rokan Hilir hingga ke hulunya di Rokan Hulu. Sebgai sungai terbesar, sungai Rokan memainkan peranan penting sebagai lalulintas penduduk dan sumber ekonomi masyarakat. Sungai-sungai lainnya adalah Sungai Bangko, Sungai Sinaboi, Sungai Mesjid, Sungai Siakap, Sungai Ular dan lainnya.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari daratan rendah dan rawa-rawa, terutama di sepanjang Sungai Rokan hingga ke muaranya. Wilayah ini memiliki tanah yang sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Propinsi Riau.

Jumlah penduduk Kabupaten ROHIL  pada tahun 2005 berjumlah 454.253 jiwa.

 

Baca Juga Artikel Pekanbaru Riau Dibawah ini:

Rohil
Wisata Riau
Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari www.sungaikuantan.com di inbox anda:



berbagai keindahan Di RIAU

GOR BAGANSIAPI API

Published at 22.37 in ,
GOR BAGANSIAPI API merupakan salah satu Gelanggang Olahraga yang dipersiapkan Riau untuk menjadi tuan Rumah Pekan Olah Raga Nasional (PON) XVIII tahun 2012.



GOR Bagansiapiapi is one of the Riau Stadium prepared to host the Houses of the National Sports Week (PON) XVIII in 2012.

MUSIUM MUSLIM BAGANSIAPIAPI

Published at 14.39 in ,


Museum Muslim ini menyimpan benda-benda keagamaan Islam dan juga benda benda benda antik dan juga benda unik buatan tangan dari umat islam di Bagansiapiapi. Museum Muslim ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Tionghoa Bagansiapiapi, museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Sejarah rokan Hilir.


MUSEUM TIONGHOA BAGANSIAPIAPI

Published at 06.53 in ,

Museum ini menyimpan  benda benda antik dan juga benda unik buatan tangan dari kaum ethnis tionghoa di Bagansiapiapi. Museum Tionghoa ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi, di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Musium Muslim Bagansiapiapi,  Museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Sejarah rokan Hilir.
MUSEUM TIONGHOA BAGANSIAPIAPI

MUSEUM SEJARAH ROKAN HILIR

Published at 00.00 in ,


Museum Sejarah Rokan Hilir menyimpan benda-benda sejarah Kabupaten rokan Hilir. Museum Sejarah rokan Hilir  ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Tionghoa Bagansiapiapi, museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Muslim bagansiapiapi.

PULAU JEMUR (JEMUR ISLAND)

Published at 06.53 in ,
Pulau Jemur (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau

PULAU JEMUR
PULAU JEMUR

PULAU JEMUR
Jemur Island (area 250 ha) is an island belonging to Indonesia which is located in the Strait of Malacca, near the border with Malaysia. The island is included in the subdistrict of Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, Riau Province. Jemur island famous for its natural scenery such as white sand beaches and as a habitat for green turtles

Gambar (Images) : Forum Skycrapercity Riau

FESTIVAL LAMPU COLOK

Published at 00.19 in , ,
FESTIVAL LAMPU COLOK
FESTIVAL LAMPU COLOK is an annual ritual usually done in Riau to celebrate the coming of Idul Fitri, FESTIVAL LAMPU COLOK is usually done at the end of ramadan and has been a tradition since the first.  LAMPU COLOK is a kind of kerosene-fueled lanterns made from cans or bottles and then turned on the fire.
 

Melayu Musical Instruments

Published at 17.58 in
 

Musical Instruments Melayu Riau


FESTIVAL PERAHU BAGANDUANG

Published at 13.42 in , ,

SEJARAH KERAJAAN SIAK

Mengulas Sejarah Kerajaan Siak sebagai salah satu kerajaan yang ada di indonesia.
sebagai bahan renungan buat kita semua, bahwa karena jasa merekalah sampai sekarang masyarakat Siak Riau merasakan kemerdekaannya
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.

Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.

Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.

Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.

Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889.

Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.
Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.

Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.

Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999

SILSILAH
Raja Raja yang pernah berkuasa di kerajaanSiak
sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah Almarhum Buantan (1723-1744), Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin syah(1744-1760), Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah(1760-1761), Sultan abdul Jalil Amaluddin Syah(1761-1766), Sultan Mohmad Ali Abdul Jalil Mu'azam Syah(1766-1779), Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah(1779-1781), Sultan Yahya Abdul Jalin Muzafar Syah(1782-1784), Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin(1784-1811),
Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin(1811-1827), Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin(1827-1864), Sultan Assyaidis Syarif kasim I Abdul Jalil Syaifuddin(1864-1889), Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin(1889-1908), Sultan Assyaidis Syarif kasim II Abdul Jalil Syaifuddin(1908-1946).
Sumber
departemen Dalam Negri.profil propinsi repuklik indonesia:riau.jakarta: yayasan bakti wawasan nusantara
netscher,E.belanda di johor dan siak:1602-1865.pemda tk. II siak dan yayasan arkeologi dan sejarah"bina pustaka"
Tim universitas riau.1976. sejarah riau. pekanbaru: pemda tk. I propinsi riau

PULAU JEMUR ANTARA MALAY AND INDO

Promosi Pariwisata Via Website
Malaysia Juga Klaim Pulau Jemur

Jumat, 28 Agustus 2009 - 22:12:51 WIB (metroriau.com)
BAGANSIAPIAPI - Malaysia ternyata belum puas dengan hanya mengklaim aset Indonesia seperti tarian pendet, wayang kulit, batik hingga sejumlah potensi wisata budaya lainnya. Pulau Jemur yang berada di perbatasan Malaysia-Indonesia perairan Pasir Limau Kapas, Rohil juga ditawarkan melalui situs website dalam promosi pariwisata negeri Jiran tersebut.

"Malaysia juga telah mengklaim pulau jemur milik Indonesia yang berada di gugus Aruah Selat Malaka kecamatan Pasir Limau Kapas. Dalam situs promosi pariwisata pulau yang mereka tawarkan, potensi keindahan Pulau Jemur kita turut disertai mereka," ketus Dandim 0303 Bengkalis Letkol Inf Sonny A kepada Metro Riau, Jumat (28/8).

Dikatakan Sonny, belum adanya inisiatif pemerintahan kita untuk menggarap besarnya potensi wisata di kawasan pulau Jemur, membuat hal ini menjadi cela bagi Malaysia untuk menawarkan potensi gugus kepulauan yang berada di perbatasan Malaysia - Indonesia tersebut ke para wisatawan sasaran mereka.

"Gugus pulau Jemur memiliki potensi wisata yang besar jika dikelola dengan baik. Sayangnya pulau terluar Indonesia yang masuk Selat Malaka di wilayah perairan kecamatan Pasir Limau Kapas kabupaten Rohil tersebut kini sudah diklaim oleh Malaysia melalui promosi wisata pulau yang mereka tawarkan dalam sebuah situs di website," cetus Sonny dengan nada tinggi.

Hanya saja lanjutnya, TNI AD sendiri tidak bisa berbuat banyak dalam hal melindungi keberadaan Pulau Jemur. Menurutnya, dalam ketentuannya jika di suatu daratan atau kepulauan sudah terdapat Pos AL, maka pihak yang berwenang melakukan penjagaan di kawasan adalah pihak TNI AL. TNI AD sendiri baru bisa melakukan penjagaan dengan cara mendirikan Bintara Pembina Masyarakat (BABINSA) jikala di daerah kepulauan tersebut sudah terdapat masyarakat yang hidup secara bersosial layaknya permukiman lainnya.

"Sayangnya, di Gugus Pulau Jemur belum ada kehidupan masyarakatnya. Yang ada hanya POS AL. Kendati beberapa waktu lalu sudah ditetapkan status pemerintahan Gugus Pulau Jemur sebagai sebuah kepenghuluan, namun dalam kenyataannya hingga kini belum ada masyarakat yang ingin hidup menetap di daerah sekitar," ungkap Sonny yang mengaku sebulan lalu meninjau langsung lokasi Pulau Jemur.

Sementara dari penyelusuran Metro Riau di situs website tentang Pulau Jemur salah satunya beralamat di www.traveljournals.net/explore/malaysia/map/p456617/pulau_jemur.html, terlihat jelas kalau pulau Jemur yang di klaim Malaysia dalam promosi pariwisatanya sama persis dengan keberadaan Pulau Jemur milik Indonesia yang diperairan Selat Malaka di wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rohil.

Dalam situs tersebut disebutkan kalau Pulau Jemur klaim Malaysia itu masuk wilayah Selangor yang berada di koordinat latitude 2.869444 dan longitude 100.5667 DMS 2 derajat 52 menit 10 detik utara dan 100 derajat 34 menit nol detik barat yang mereka updated 2004-02-27. Kendati tidak dipaparkan secara gamblang mengenai potensi Pulau Jemur yang mereka tawarkan, namun hal ini sudah melecehkan negara Indonesia.

"Kitakan tahu potensi apa saja yang sudah di klaim Malaysia selama ini. Dari semua ini sudah jelas apa maunya Malaysia. Dan mereka memang melakukan hal itu," tukas Sonny mengakhiri. (agus andriansyah)

melayu-dan-seni-teater-modern-di-riau

Identifikasi Sosiologis Melayu dan Seni Teater Modern di Riau

Melayu
Kata atau nama Melayu telah dikenal dalam rentang waktu yang cukup lama. Kata atau nama Melayu telah disebut-sebut pada tahun 664/45 Masehi, dan muncul pertama kali dalam catatan (buku tamu) kerajaan China.

Melayu diartikan sebagai satu suku yang berasal dari Indalus (Sumatra) dan Seberang Sumatra (Malaka). Di Indalus atau Andalas terdapat kerajaan yang berhadapan dengan Pulau Bangka, di sana ada Sungai Tatang dan Gunung Mahameru serta sungai yang bernama ‘Melayu’. Rajanya bernama Demang Lebar Daun. Kata ‘melayu’ masih ditemui pada bahasa-bahasa di sekitar Palembang dan juga di Pulau Jawa; yang dihubungkan dengan kata ‘melaju’, atau ‘deras’,’kencang’. Kemudian ‘melayu’ dapat diartikan sungai deras aliran airnya; bisa juga ditafsirkan orang atau penduduknya pedagang yang gesit, dinamis. Melayu dapat pula berarti dagang; yang berarti orang asing.

Bangsa Melayu identik sebagai seorang pedagang yang gesit. Fenomena kata ‘melayu’ yang kali kedua ini dan kemudian ditolak ukur dengan pernyataan ‘melayu’ pada poin pembahasan di pragraf sebelumnya juga sejalan dengan pernyataan dari catatan seorang biksu China bernama I tsing (Haan 1897; Schnittger 1939). Menurut catatan sang biksu, dia sempat mengunjungi Kerajaan Melayu sebanyak dua kali, yakni tahun 671 M dan 685 M.

Melayu juga diidentikan dengan Agama Islam. Yang disebut ‘orang melayu’ adalah orang yang memeluk agama Islam, berbahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu; tidak ada orang Melayu yang tidak beragam Islam.

Tinjauan-tinjauan tentang suku Melayu tersebut di atas menggunakan metode pendekatan bahasa dan pemaknaan kata ‘melayu’ dalam arti kata. Metode tersebut sering pula disebut sebagai metode filologis. Dari hasil tinjauan tersebut tergambarlah bahwa melayu merupakan suatu suku yang berada di Pulau Sumatra dengan ciri suka berdagang dan sukses dalam pelayaran dagangnya. Kelokasian tempat dari asal-usul suku melayu ada dimana ? (tentang perkiraan suku Melayu ada di Sumatra Tengah), masih sangat kabur dan kurang jelas keberadaannya, atau: apakah ‘melayu’ hanyalah satu sebutan saja bagi seorang pelayar dan melaksanakan aktifitas perdagang pada masa dahulunya ?

Melayu pada tinjauan filologis hanya menafsirkan sebagai suku yang berasal dari Sumatra dan Seberang Sumatra (Malaka). Karena kebiasaan dagang suku tersebut maka persebaran adat mereka tersiar di Pulau Jawa dan seluruh Nusantara Indonesia juga di belahan bumi lainnya.

Melayu yang juga diidentikan dengan bahasa, adalah cikal bakal dari Bahasa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa dasar dari pernyataan ini karena ‘Bahasa Melayu’ sudah akrab semenjak zaman dagang sebelum Nusantara menjadi Indonesia. ‘Bahasa Melayu’ digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan dagang tempo dulu. Fungsi Bahasa Melayu sebagai linguafranca ini, persebarannya tampak meliputi budaya yang begitu luas, hampir meliputi seluruh daerah pantai di tepian lautan ‘pedalaman’ Indonesia.

Teks tulis dari Bahasa Melayu adalah huruf arab dengan struktur yang dituliskan berdasarkan ketetapan dengan pasal aturan tulis. Unsur yang mempermudah diterimanya akumulasi bunyi kedua bahasa (Arab dan Melayu) itu karena ada persamaan bunyi pada sebagian besar huruf yang ada dalam Bahasa Melayu dengan bunyi yang ada dalam Bahasa Arab. Huruf Arab yang ditulis tanpa petanda baca tersebut sering pula disebut Huruf Arab Melayu (pegon). Penyebaran Bahasa Melayu meluas sejalan dengan pesat majunya perdagangan Suku Melayu itu sendiri.

Budaya Melayu banyak dipengaruhi Agama Islam. Melayu yang berkembang di Sumatra melingkupi kerajaan-kerajaan bekas Hindu dan Budha serta animisme di nusantara. Adapun kerajaan–kerajaan itu antara lain : Samudara Pasai di Kalimantan, Sriwijaya di Sumatra, Aceh di Sumatra, Goa di Sulawesi, Aceh dan juga Riau Lingga.

Seni di Riau
Khususnya di Riau yang kemudian merupakan salah satu wilayah temadun dari Budaya Melayu, bermukim bermacam-macam suku bangsa seperti Suku Melayu yang dianggap sebagai suku asli dan dominan, suku pendatang dari seluruh Indonesia dan suku-suku terasing. Di samping itu juga menetap di daerah ini bangsa pedagang dari luar negeri, yakni Cina. India, Arab dan Bangsa lainnya. Keragaman atmosfir kesukuan di Riau ini mengindikasikan terjadinya akulturasi budaya. Kebudayaan Melayu yang pada awalnya mendominasi berbaur dengan budaya bawaan lainnya yang ada di Riau.

Kerumpunan Melayu yang berkembang di Riau sangat mendominasi. Ini tidak dapat dilepaskan dari nilai sejarah pembentuknya. Kebudayaan Melayu yang begitu kental di wilayah Riau kemudian disinyalir sebagai suatu petanda sentiment yaitu tentang pusat Budaya Melayu. Oleh pemerintah setempat dan tentunya didukung oleh segenap Bangsa Indonesia, kemahawarisan Budaya Melayu yang mendominasi wilayah Riau ini menjadi sebuah proses pelacakan pusat Budaya Melayu semenjak beberapa tahun silam dengan sebuah misi publik yaitu : Riau adalah pusat dari Budaya Melayu Dunia pada tahun 2020 kelak.

Dominasi Budaya Melayu di Riau ini kemudian menjadi faktor sosiologis masyarakatnya. Hubungan sosial antar masyarakat Riau yang terdiri dari berbagai akar budaya yang saling berakulturasi telah menempatkan kemahawarisan Budaya Melayu sebagai filter budaya yang berkembang disana.

Keidentikan Budaya Melayu adalah peleburan budaya dan nilai norma Agama Islam. Agama Islam telah pula menjadi ciri lahirnya beragam bentuk kreatifitas seni sebagai bagian dari wujud Kebudayaan Melayu.

Seni di Kebudayaan Melayu adalah bagian dari nilai keindahan yang tertata apik dan tak lepas dari tuntunan nilai norma keislaman. Bentuk seni yang berkembang terdiri dari ragam budaya yang dibedakan dari faktor sosiologisnya. Kebudayan Melayu (yang juga berkembang di Riau) terdiri dari; 1) Kebudayaan Melayu Bangsawan, 2) Kebudayaan Melayu Lokal/ Rakyat.

Kebudayaan Melayu Bangasawan terbentuk dari hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan Bangsawan/Istana Kemelayuan. Kebudayaan Melayu Lokal/ Rakyat terbentuk dari hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan rakyat diluar wilayah istana. Bentuk-bentuk dari Kebudayan Melayu Bangsawan dan Kebudayan Melayu Lokal/ Rakyat itu diwujudkan dalam hubungan sosiologis masyarakat dalam kesatuan. Pola dari kedua bentuk Kebudayaan Melayu tersebut menciptakan bentukan ciri pada masyarakat pendukungnya masing-masing. Garis besarnya adalah Kebudayaan Melayu ada dalam ritus kehidupan masyarakatnya (lahir-hidup-kematian), ritual keagamaan dan adat, serta permainan adat dan kesenian.

Rangkaian pragraf berikut akan membatasi subjek pembahasannya yaitu kesenian ‘melayu’ yang berada di wilayah Riau.

Riau sejak dahulu sudah menjadi daerah lalu lintas perdagangan negara-negara tetangga, sehingga Riau melahirkan sosok dan warna budaya yang beragam. Hal ini merupakan beban, sekaligus berkah historis-geografis. Riau seakan-akan merupakan ladang perhimpunan berbagai potensi kesenian, yang di dalamnya terdapat pengaruh kebudayaan negara-negara tetangga dan kebudayaan daerah Indonesia lainnya. Kesenian Melayu Riau sangat beragam, karena kelompok-kelompok kecil yang ada dalam masyarakat juga berkembang. Perbedaan antara Riau Lautan dan Riau Daratan menunjukkan keanekaragaman kesenian di Riau. Hal ini sekaligus sebagai ciri khas Melayu Riau, karena dari pembauran kelompok-kelompok itu pandangan tentang kesenian Riau terbentuk. Maka pada zamannya, Kebudayaan Melayu telah menjadi sistem yang berubah tiap waktu sesuai masyarakat pendukungnya yang juga mengalami perkembangan*

Kesenian adalah sebagai salah satu produk kebudayaan. Di Riau, terdapat beberapa bentuk kesenian diantaranya pertunjukan (teater, tari musik, dan nyanyian) dan sastra. Khususnya seni teater dalam kesenian pertunjukan di Riau terakumulasi pula dalam beberapa jenis dan bentukan (tercatat; yang telah identivikasi dalam proses pendokumentasian dan penginventarisasian) yaitu: Teater Bangsawan (Wayang Persi), Berdah, Berbalas Pantun, Dul Muluk, Nandung, Mak Yong, Mamanda, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal, Ranggung**

Teater modern di Riau adalah seni teater yang berkembang dengan ciri kedaerahan Riau (Kebudayaan Melayu sebagai identitas). Pada bagian berikutnya dari makalah ini akan disampaikan pandangan penulis terhadap perkembangan Teater Modern di Riau dimana penulis merupakan juga salah satu seniman teater dari latar keluarga Budaya Melayu di Riau, bertempat tinggal juga di Riau dan kemudian sejak tahun 2004 sampai sekarang mengurangi konsentrasi kegiatan kreatifnya di wilayah Riau karena alasan menempuh pendidikan (seni) diluar wilayah Riau.

Keterangan :
* ; perlu pembahasan lebih lanjut.
** ; beberapanya dalam proses penelitian dimana salah satunya (ranggung) juga dalam proses penelitian oleh penulis.
Teater Modern di Riau-

Menimbang perkembangan teater modern di Riau adalah menelaah sejengkal cerita yang sampai sekarang tidak pernah usai tuntas di tamatkan. Tentang fokus sajian pada bagian ini penulis memberikan beberapa alinea pragraf yang berisi tentang sudut pandang teater modern di Riau di tinjauan dari beberapa hal dengan berbagai ragam masukan dan referensi yang telah dikumpulkan dari berbagai pihak. Adapun teater modern di Riau ini akan coba di uraikan melalui tinjauan-tinjauan terhadap; 1) Sanggar-Komunitas Seni [teater] modern di Riau, 2) Tokoh Seni [teater] Modern di Riau, dan 3) Perkembangan Seni [teater] Modern di Riau dalam objektifitas berbagai Pementasan Seni [teater] di Riau.

Babakkan selanjutnya dari penelaahan teater modern di Riau adalah sajian dari penjelasan berbagai tinjauan tersebut diatas. Dengan mempertegas pernyataan (bahwa) Seni [teater] Modern di Riau adalah bentuk sajian seni teater sebagai pertunjukan yang (secara objektif penulis) perkembangannya dipengaruhi oleh kaidah norma dan adat seni Melayu, dimana sebagai landasannya yaitu agama Islam.

Pelacakan Sanggar-Komunitas Seni [teater] modern di Riau menyematkan beberapa hal yaitu bahwa ragamnya terdiri atas Kelompok Sanggar yang cikal bakalnya adalah sebuah kegiatan klub atau ekstrakulikuler di sebuah sekolah, dan Kelompok Sanggar yang cikal bakalnya adalah komunitas seni. Sanggar dan komunitas tersebut mengandalkan supliran dana dari pihak – pihak yang berkenan dan memang berkewajiban akan kelangsungan keberadaan mereka. Hanya beberapa sanggar yang mampu bertahan dengan mengandalkan keuangan guna pendanaan kebutuhan sanggar-komunitasnya dari itensitas produksi kreatif. Beberapa sanggar yang kemudian sampi dengan sekarang mamou bertahan juga adalah sanggar tersebut memiliki salahsatu pemarkarsa atau seorang tokoh utama yang cukup berpengaruh dalam sanggar-komunitas tersebut. Berbeda dengan komunitas yang cikal bakalnya adalah sebuah komunitas seni, sanggar teater sekolah yang merupakan kelompok siswa/pelajar tergantung keberadaannya dengan sebuah system yang berada di sekolah tersebut dan jumlah keanggotaan dan pemerhati keberadaannya. Fenomena sanggar-komunitas teater yang cikal bakalnya adalah kegiatan klub atau ekstrakulikuler di sekolah adalah sebuah lingkaran kesinambungan yaitu hilang dan terbentuknya berjalan bersamaan dan selalu ada demikian.Kemudian sebuah fenomena yang menarik lagi adalah keberadaan tentang komunitas taeter kamus/ universitas, yaitu dimana kelomok ini adalah tidak bisa dikatagorikan sebagai kelompok sekolah dan juga tidak bisa pula dikatagorikan sebagai kelompok data komunitas umum. Komunitas teater kampus adalah sebuah kelompok mahasiswa-mahasiswi yang berminat untuk berkegiatan dalam kreatifitas teater. Keanggotaannya kebanyakan adalah purna dari kelompok komunitas teater sekolah dan masih bingung/mencari identitas dalam pemaknaan seni taeter sebagai sebuah komunitas independent.

Penulis menanggapi pula tetang keberadaan tentang komunitas teater yang dicatatnya sebagai komunitas teater festival yaitu keberadaan kelompok ini hanya bisa ditemukan pada saat diadakannya sebuah perhelatan festival teater dan kemudian setelah kegiatan festival tersebut usai, begitupula adanya usainya kegiatan komunitas tersebut.

Nama Alm. Idrus Tintin adalah seoarng sosok pendahulu perkembangan taeter modernd di Riau. Dalam dunia seni peran/teater, berbagai pengalaman telah ia peroleh dan berbagai sumbangsih telah ia berikan. Ia adalah juga seorang penulis puisi dan naskah teater baik berupa saduran ataupun karya pribadi.

Kemudian beberapa nama-nama lain adalah tidak segaung dan segema nama-nama Alm. Idrus Tintin. Ini entah dikarenakan apakah seniman teater Riau adalah sosok lowprofile atau memang karena ketiadaan seniman teater lagi di riau ?.

Nama-nama tokoh teater riau yang lain memang ada, namun tak ada yang sampai melegenda dan meninggalkan banyak bekas yang dapat dikenang. Kemajemukan ini bisa jadi karena juga pengaruh budaya Melayu. Adanya hal tersebut yaitu dikarenakan pengaruh budaya Melayu yaitu pengagungan atas nama selain nama sang pencipta adalah sikap yang kurang terhormat.

Keragaman yang lain yang dapat disimpulkan dari tokoh teater Riau adalah ragam dari dua varian umum yaitu; tokoh teater yang mengetahui bentuk teater secara autodidak dan tokoh teater yang mengetahui bentuk teater secara autodidak dan akademik . Kebanyakan tokoh teater autodidak mendapatkan pengetahuan tentang teater adalah berdasarkan kegiatan teater tradisi yang menjadi bagian dari keseharian kegiatan yang ia lakukan bersama kelompoknya. Dengan adanya perkembangan teater hingga menjadi bentukan teater modernd maka tokoh – tokoh teater autodidak tadi mendapatkan banyak informasi yang lebih dalam ragam perkembangan karya-karya teaternya. Tokoh teater autodidak dan akademis adalah sosok dari beberapa orang yang menempuh jalur pendidiakan teater secara akademik dan juga memiliki latar pengetahuan teater dari ragam kegiatannya sebelum menempuh teater secara akademis. Ragam dari tokoh teater autodidak dan akademik adalah juga biasanya berlatarkan dari keanggotaan di sebuah kominitas teater.

Bersama dengan komunitas dan kelompok sanggarnya, tokoh – tokoh teater itu hanya sebagian kecil yang mementaskan karya secara berkala. Demikian pula dengan keberadaan kelompok teater sanggar sekolah yaitu itensitas pementasan mereka hanya berupa kegiatan festival dan peringatan hari-hari besar saja.

Merupakan suatu keuntungan sebenarnya yaitu keadaan geografi daerah Riau yang berada di lintas antar negara dan point of interest sebagai daerah budaya kerumpunan Melayu yang kental. Letak Riau sebagai lintas antar negara memungkinkan adanya bentuk akulturasi budaya yang mengimbas kepada perkembangan bentuk pementasan teater modernd Riau. Selain itu juga, perkembangan teater Riau akan mendapatkan suatu contoh keragaman dari berbagai macam perkembangan teater di luar wilayah. Sebagai point of interest daerah budaya kerumpunan Melayu pun memberikan warna yang berbeda dari contoh pertunjukan teater modernd di Riau. Namun hal ini belum bisa dimaksimalkan. alhasil adalah sekarang bentukan teater modernd di Riau masih sangat jauh tertinggal dari perkembangannya karena beberapa catatan penting di antaranya :

1. Alternatif tentang bentuk budaya Melayu yang mempengaruhi (secara langsung/tidak) teater modern di Riau tidak bisa dimaksimalkan untuk dijadikan sesuatu yang menciri khas,

2. Kelompok komunitas / sanggar teater di Riau hanya mampu memberikan tontonan yang terjebak kepada proses dilematis pendanaan dan ke-kurang-ahli-an pengelolaan produksi pementasan.

3. Tokoh teater Riau yang masih mempunyai anggapan yaitu teater hanya menjadi suatu kegiatan sampingan penghibur kebosanan, demikian pula keberadaan masyarakat Riau yang masih beranggapan teater hanya sebagai suatu bentuk tontonan hiburan.

4. Proses pembekalan tentang teater sebagai sarana komunikasi masa, belum menjadi suatu yang dapat di utamakan oleh pe-seni di Riau

Penulis menyadari bahwa kegelisahannya dalam makalah ini akan memberikan suatu dampak pada ketidaksetujuan dan pernyataan sikap oleh berbagai pihak pembaca. Perlu diadakannya alternatif diskusi yang berkelanjutan atas makalah ini agar tercipta suatu makalah yang sempurna dan bisa menjadi bentukan dari sebuah loncatan untuk proses pengidentifikasian sosiologis Melayu dan seni teater modernd di Riau.

------------------
Tulisan: Adhe Puraindra
Foto: Mini Teater Riau

Artikel Terkait

Testimoni Facebooker, ayo ikutan...!